Taking Responsibility for Our History
Rel yang Menyatukan Sejarah dan Bangsa

KAI memiliki ikatan yang erat dengan sejarah panjang perkeretaapian di Indonesia. Perjalanan ini dimulai pada tahun 1864, ketika jalur kereta api pertama dibangun di Desa Kemijen, Semarang, oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, L.A.J. Baron Sloet van de Beele. Jalur Semarang–Vorstenlanden (kini Solo–Yogyakarta) menjadi titik awal pengembangan jaringan kereta api di Tanah Air.

Pembangunan awal ini dilakukan oleh perusahaan swasta Naamlooze Venootschap Nederlansch Indische Spoorweg Maatschappij (NV. NISM) dengan lebar sepur 1435 mm. Sementara itu, pada 1875, pemerintah Hindia Belanda membangun jalur kereta api negara melalui Staatsspoorwegen (SS), dengan rute pertama Surabaya–Pasuruan–Malang.

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, pengambilalihan stasiun dan kantor pusat kereta api dari Jepang berlangsung pada 28 September 1945. Peristiwa ini menandai lahirnya Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) sebagai operator kereta api nasional, yang kemudian berkembang menjadi PT Kereta Api Indonesia (Persero). Sejak saat itu, 28 September diperingati sebagai Hari Kereta Api Nasional, sebagai penghormatan atas perjuangan dalam merebut kembali infrastruktur transportasi dari penjajah.

Sebagai penerus warisan ini, KAI memiliki tanggung jawab abadi untuk menjaga, merawat, dan mengabadikan sejarah perkeretaapian Indonesia. Kami tidak hanya mengoperasikan moda transportasi vital, tetapi juga melestarikan nilai-nilai sejarah yang telah membentuk perjalanan bangsa.